[Review] I Want to Eat Your Pancreas
- Vee

- Mar 17, 2019
- 8 min read
Updated: Mar 28, 2021
Welcome to my first review!
Untuk I Want to Eat Your Pancreas ini, aku bakal bikin 3 review buat novel, live action, dan anime-nya sekaligus. Awalnya ragu mau bikin review I Want to Eat Your Pancreas atau nggak. Aku udah nonton live action-nya duluan dan sekarang lagi naksir berat sama Takumi, jadi takut nge-bias gitu :(
Fyi, aku kenal Takumi pertama kali baru dari live action (selanjutnya disebut LA aja ya) ini. Pas nonton LA-nya, aku suka Takumi karena aktingnya, tapi masih ngerasa biasa aja gitu. Baru setelah tau kalau dia vokalis band DISH// dan dengerin lagu-lagunya, aku jadi naksir to the level I will search anything related to him 24/7. Oh ya, aku juga baru nonton dorama-nya Takumi yang judulnya Tonari no Kazoku wa Aoku Mieru, tunggu review-nya ya! ;)
Back to the topic, nonton adaptasi LA sebelum baca novelnya emang kesalahan besar sih. Pas di halaman awal-awal imajinasiku malah ngebayangin latar dan adegannya persis kayak yang ditampilin di LA. Nah, sementara novelnya kan lebih lengkap ceritanya, jadi pas muncul adegan yang nggak ada di LA, aku malah spontan protes. "Dih, kok nggak kayak di LA!?" Untungnya, setelah beberapa halaman aku bisa langsung nyadarin pikiranku. Ini novelnya. Cerita aslinya yang ditulis langsung sama Sumino Yoru-sensei. Ya jelas lebih lengkap. Di mana-mana tuh orang protes karena ada adegan yang dipotong di LA, kok aku malah protes sama adegan asli di novelnya X"D
Setelah nyadar, baru aku bener-bener bisa nikmatin setiap adegan di novelnya. Kalau ada latar tempat di novel yang nggak ada di LA, aku langsung ngebayangin tempat itu pake imajinasiku sendiri. Yah, walaupun muka yang kebayang di otakku tetep Takumi sama Minami.
Aku mau cerita sedikit tentang gimana aku bisa ketemu novel I Want to Eat Your Pancreas ini. Sebenernya udah pengen banget beli sejak cover-nya masih bergambar handphone flip (bukan pohon sakura kayak yang sekarang). Setiap ke Gramedia, aku selalu liat novel ini bertengger. Dan setiap udah ngambil buku ini, selalu aku kembaliin lagi ke tempatnya karena ada novel lain yang lebih menarik perhatian. Now I regret it. I wish I read this novel earlier :(

I Want to Eat Your Pancreas, atau yang memiliki judul asli Kimi no Suizou wo Tabetai (君の膵臓をたべたい) adalah novel karangan Sumino Yoru. Bercerita tentang tokoh 'aku' yang pendiam, kutu buku, dan nggak suka berinteraksi sama orang lain, lalu dia menemukan buku harian yang judulnya Cerita Teman si Sakit milik Yamauchi Sakura, teman sekelasnya, secara nggak sengaja. Karena buku hariannya telanjur dibaca, Sakura akhirnya cerita tentang dirinya yang punya penyakit pankreas dan cuma punya sisa hidup setahun lagi. Nggak ada seorang pun selain keluarganya (sekarang termasuk si 'aku') yang tahu tentang penyakit Sakura.
Alasan Sakura minta si 'aku' buat jaga rahasia tentang penyakitnya, karena dia mau menjalani kehidupan yang normal. Kalau teman-temannya tahu Sakura sakit, teman-temannya pasti berubah protektif sama Sakura. Sementara si 'aku' ini juga nggak peduli-peduli amat soal penyakit Sakura, jadi Sakura pikir cuma si 'aku' yang bisa bikin Sakura menjalani kehidupan normal. Selanjutnya, mereka mendatangi tempat yang ingin Sakura kunjungi dan melakukan hal yang Sakura inginkan sebelum dia mati.
Kedengarannya emang kayak cerita biasa. Tapi di akhir cerita ada plot twist-nya. Silakan nonton LA dan anime-nya atau baca novelnya kalau penasaran!
SPOILER ALERT!
Bagi yang nggak suka spoiler, diharap membaca/menonton novel, live action, beserta anime-nya terlebih dahulu. Terima kasih! :)
Novel
First of all, thanks to Penerbit Haru yang udah bersedia nerbitin terjemahan novel ini. Kisah I Want to Eat Your Pancreas berkisar di antara tokoh 'aku' dan Sakura. Tokoh pendukung lain perannya minim banget. Tokoh pendukung yang dapet adegan lumayan banyak cuma Kyoko.
Novelnya unik dan banyak mengandung pesan yang bikin hati pembaca bisa tersentil. Aku bakal bahas sisi uniknya dulu. Berbeda dari novel pada umumnya, Sumino Yoru-sensei nggak mau ngasih tau siapa nama tokoh utamanya di awal cerita. Tokoh-tokoh lain juga namanya minim banget disebutin. Si tokoh utama 'aku' bahkan nggak pernah manggil Sakura dengan namanya, selalu 'kau' atau 'gadis itu'. Nama yang paling banyak muncul kayaknya malah Kyoko, hahaha. Si cowok yang selalu nawarin permen karet juga, nggak tau dia itu siapa. Padahal kan 'tak kenal maka tak sayang', bener nggak? Hahaha. Tadinya aku mikir gitu. Tapi aku bisa suka sama si tokoh 'aku' sejak awal padahal namanya baru disebutin di halaman-halaman belakang. Makanya kubilang karyanya Sumino Yoru-sensei ini unik. Ah, biodata penulisnya juga nggak kalah unik. Singkat banget.
Dulu, aku ngerasa judul novel ini rada norak. Waktu nonton LA-nya, aku masih nganggap kalau judulnya norak. Setelah baca novelnya, aku baru berubah pikiran 180 derajat. Pemilihan judulnya bener-bener tepat. Seratus persen cocok sama isi ceritanya. Hubungan kedua tokoh utamanya yang saling bertolak belakang tapi saling mengagumi satu sama lain ini yang dijadikan judulnya. Tokoh 'aku' kagum sama Sakura yang bisa berinteraksi sama orang banyak, sementara Sakura kagum sama 'aku' yang bisa melakukan semuanya sendirian. Mereka berpikir kalau makan pankreas seseorang, maka jiwa si pemilik pankreas itu akan hidup dalam diri mereka. Jadi, dilihat dari judulnya, mereka mau makan pankreas orang yang dikagumi agar bisa jadi seperti orang itu.
Hubungan mereka ini, dibilang teman juga bukan, pacaran apalagi. Mereka mungkin saling jatuh cinta, tapi Sakura nggak mau pacaran dan si tokoh 'aku' juga sama sekali nggak ada niat buat ngejadiin Sakura pacarnya.
Character development-nya halus dan terkesan natural, aku suka. Sisi romance-nya ada, tapi porsinya pas. Perkembangannya mengalir lewat dialog-dialog yang sederhana tapi unik. Aku bahkan nggak sadar kapan si tokoh 'aku' mulai berubah. Tahu-tahu di akhir bab dia udah jadi sosok yang sedikit berbeda. Tapi karena Sumino-sensei berhasil bikin development-nya senatural mungkin, jadi aku nggak ngerasa aneh sama sifatnya si tokoh 'aku' yang sedikit berubah di bab terakhir.
And then, we need to appreciate the plot twist. Kebanyakan novel yang tokohnya punya penyakit, di akhir cerita dibikin meninggal karena penyakitnya. Tapi I Want to Eat Your Pancreas nggak begitu. Sakura meninggal karena dibunuh. Di bab sebelumnya sempat disinggung tentang pembunuh yang akhir-akhir itu berkeliaran dan ngebunuh orang secara acak, jadi menurutku kematian Sakura dengan cara kayak gitu jadi terkesan masuk akal dan nggak dipaksain. Lagi-lagi, Sumino-sensei emang patut dipuji karena percakapan mereka tentang pembunuhan itu disisipin di bagian yang bikin pembaca nggak ngeh. Kukira percakapan tentang pembunuhan itu cuma selewat aja. Ternyata ada benang merahnya juga sama plot utama.
Ditambah lagi, Sakura juga pernah bilang 'nilai satu hari semua orang itu sama'. Baik Sakura maupun si tokoh 'aku', nggak ada yang tahu mana yang bakal meninggal duluan karena kematian bisa terjadi bukan hanya karena penyakit. Walaupun aku udah nonton LA-nya duluan, tapi aku tetep kaget waktu baca novelnya. Waktu masih baca halaman awal, aku udah antisipasi twist-nya. Tapi ternyata aku tetep ketipu. Detik-detik sebelum Sakura meninggal, si tokoh 'aku' lagi nyusun rencana perjalanan dan ngebayangin kalau mereka bakal bersenang-senang. Sambil nyusun rencana perjalanan, si tokoh 'aku' kirim pesan ke Sakura, tapi balasannya nggak pernah sampai. Ibaratnya, si tokoh 'aku' lagi di atas awan, tiba-tiba dihempas kencang ke bumi. Bukan cuma dia yang kaget dan akhirnya terluka, tapi pembaca juga.
Terakhir, pesan moralnya yang bagus banget. Patut diacungi jempol untuk yang kesekian kalinya. Kalau si tokoh 'aku' bilang dia banyak belajar dari Sakura, pembaca juga. Tentang arti hidup dari sudut pandang Sakura, tentang 'nilai satu hari' yang dibicarain Sakura, tentang 'pilihan dalam hidup yang membawamu ke titik saat ini', dsb. Pesan moralnya berhasil bikin hati pembaca tersentil.
Overall, ini novel yang bagus banget. I love this novel more than I expected before. Aku kasih rating 9 dari 10. Ceritanya bukan cuma tentang tokoh yang punya penyakit lalu meninggal. Juga bukan cuma tentang hubungan antara lelaki dan gadis dengan sifat bertolak belakang. Lebih dari itu. Silakan baca sendiri kalau penasaran! :D
Live Action
Ceritanya agak beda dari novelnya. Bukan hal yang aneh sebenernya. Banyak adaptasi LA yang ceritanya jadi melenceng dari karya aslinya (novel/manga). Ada dua alasan yang menurutku bikin adaptasi LA jadi beda dari karya aslinya. Pertama, durasi film. Kedua, susah cari (dan pindah-pindah) lokasi syuting.
Balik lagi ke I Want to Eat Your Pancreas, seandainya aku baca novelnya sebelum nonton LA-nya, aku mungkin bakal sedikit kecewa. Inti ceritanya tetep sama, tapi ada plotnya yang sedikit yang diubah, ditambahkan, dan dihilangkan. Oh, ada karakter tambahan juga.
Di novel nggak dijelasin kalau si 'aku' akhirnya jadi guru (tapi pernah satu kali Sakura nyaranin si 'aku' buat jadi guru). Nggak ada juga adegan ngumpetin buku The Little Prince yang diselipin surat wasiat di rak perpustakaan. Waktu adegan hujan-hujanan juga, kalau di LA si ketua kelas ngumpetin buku The Little Prince, kalau di novel yang diumpetin itu pembatas buku punya si 'aku'. Adegan 'aku' dan Kyoko yang akhirnya jadi temen akrab di bab akhir novel, nggak ada di LA-nya. Malah, adanya adegan Kyoko nikah sama si cowok permen karet.
Tapi, kekecewaan penonton mungkin bisa terobati berkat pemilihan cast yang tepat dan skill akting para pemerannya. Kitamura Takumi, yang pada dasarnya anak band dan suka teriak-teriak di konser, ternyata bisa juga meranin karakter suram dan pendiam kayak si 'aku'. Akting nangisnya juga bagus. Hamabe Minami, image cerianya udah melekat sejak dia meranin Menma di LA AnoHana. Cocok banget buat meranin Yamauchi Sakura. Sayangnya, rambut Minami nggak dibikin panjang kayak yang dideskripsiin di novelnya. Bagi sebagian orang mungkin agak mengganggu, tapi kalau aku sih oke aja, hahaha. Chemistry Takumi sama Minami juga bagus banget. Ah, pokoknya nggak salah pilih deh buat cast-nya. Otomo Karen, cocok buat meranin Kyoko yang hobi melotot ke si 'aku'. Ekspresi galaknya dapet, hahaha. Ada juga Oguri Shun yang jadi pemeran 'aku' versi dewasa. Aktingnya Om Shun sih nggak usah diragukan lagi. Selain itu, ada Kitagawa Keiko yang jadi Kyoko versi dewasa. Tapi aku nggak begitu tau soal mbak yang satu ini, jadi aku nggak bisa kasih komentar :(

I cried as well.
Jadi, intinya kalau kalian tipe yang nggak suka plotnya diubah-ubah dan nggak mau kecewa pas nonton LA-nya, jangan baca novelnya dulu, hahaha. Tapi kalau kalian emang tipe penonton yang oke-oke aja walaupun plotnya sedikit diubah, adaptasi LA I Want to Eat Your Pancreas ini termasuk bagus. I give score 8 out of 10 stars.
Anime
Good job, Studio VOLN. Para staff berhasil bikin adaptasi anime-nya menarik. Animasinya halus dan lagunya pun bagus-bagus. Ah, selain studionya, aku juga mau kasih ucapan good job buat Takasugi Mahiro, Lynn, serta para pengisi suara lainnya. Jujur, aku kaget bukan main waktu tau kalau suara si ‘aku’ bakal diisi sama Mahiro. Karena selama ini, aku kenal Mahiro sebagai aktor. Karakter ‘aku’ di I Want to Eat Your Pancreas ini adalah debutnya sebagai seiyuu, but he did it well.
Adegan yang ditampilkan di anime cukup lengkap dibanding LA. Kalau untuk LA, faktor susah nyari lokasi syuting, mungkin. Sekali lagi, karena ini anime hasil adaptasi, ada adegan yang dikurangi dan ditambahkan. Kalau di novel ada adegan tante-tante yang marahin nenek di restoran, di anime diganti sama adegan cowok berandalan yang sengaja nabrak nenek tua pake sepeda.
Yang aku sayangkan dari pengurangan adegannya adalah adegan saat mereka lagi jalan-jalan berdua. Mungkin bakal lebih bagus kalau adegannya lebih banyak. Selain itu, ada satu adegan lain yang bikin dahiku auto-berkerut sambil mikir ‘Hah? Gitu doang?’. Yaitu adegannya Takahiro (mantan Sakura) setelah Sakura teriak ‘sayonara!’. Setelah dengar penolakan Sakura, dengan kalemnya Takahiro jalan ninggalin Sakura. Menurutku agak aneh sih. Mungkin lebih bagus kalau dia banting payung, terus lari karena kesal. Tapi untungnya, ada adegan bagus yang terjadi setelah itu, sekaligus berhasil bikin mataku berkaca-kaca.
Penambahan scene yang menurutku paling bagus: hanabi. Di anime, Sakura diceritakan berhasil keluar dari rumah sakit. Lalu dia lihat kembang api bareng ‘aku’. Walaupun nggak ada di novel, tapi bagian hanabi ini favoritku.
Oh ya, satu lagi. Di novel diceritain kalau akhirnya Haruki jadi sosok yang berbeda. Aku nggak nyangka maksudnya ‘berbeda’ itu bukan cuma sifatnya, tapi juga penampilannya! Waktu sosok barunya Haruki muncul, aku sempet mikir kalau itu Takahiro, eh ternyata bukan, hahaha. Buat adaptasi anime-nya, aku kasih skor 8.5 dari 10.

Another twist that I never expect before: Haruki’s new appearance
Oke, sekian dulu review (dan curhatan) tentang I Want to Eat Your Pancreas kali ini. Untuk versi manga-nya, aku belum cek. Next time insya Allah bakal aku update kalau udah baca. See you in the next review! Have a nice day, everyone! :D

![[Review] Anata no Ban desu (2019)](https://static.wixstatic.com/media/8bb877_698abc45430f452cb990d52a6faba1e1~mv2.jpg/v1/fill/w_950,h_675,al_c,q_85,enc_avif,quality_auto/8bb877_698abc45430f452cb990d52a6faba1e1~mv2.jpg)
![[Review] Suki-tte Ii na yo (2014)](https://static.wixstatic.com/media/8bb877_57afdd6925e4425581e313414970255e~mv2.jpg/v1/fill/w_980,h_741,al_c,q_85,usm_0.66_1.00_0.01,enc_avif,quality_auto/8bb877_57afdd6925e4425581e313414970255e~mv2.jpg)
![[Review] 3 Nen A Gumi: Ima Kara Mina-san wa Hitojichi desu (2019)](https://static.wixstatic.com/media/8bb877_1d4e4fb88c0f48088df991cb632795f0~mv2.jpg/v1/fill/w_980,h_572,al_c,q_85,usm_0.66_1.00_0.01,enc_avif,quality_auto/8bb877_1d4e4fb88c0f48088df991cb632795f0~mv2.jpg)
Comments