top of page

(Un)helpful Art Tips #2: It’s not about “being good”, but “becoming better"

  • Writer: Vee
    Vee
  • Jan 24, 2021
  • 4 min read

Updated: Mar 28, 2021



Sejak kapan ya mindset gue berubah dari 'gue post di ig karena baru kelar gambar' ke 'gue harus nggambar buat di-post di ig'?


Kalo dipikir-pikir, agak nyesel sih kenal ig di tahun 2015. Padahal ya, progress gue meningkat pesat di tahun 2012 sampe tahun 2015. Bayangin, 3 tahun doang lho itu. Sebelum kenal ig, Vee kecil mainnya fb. Kayaknya ya, yang bikin gue jadi takut ngegambar itu postingan aesthetic + feed rapi ig.


Oh. Jangan lupa sifat perfeksionis gue. Dulu, gue orangnya super-perfectionist. Ga cuma soal gegambaran tapi juga tugas dan banyak hal. Kalo pas di fb, kayaknya, seinget gue, gue ga pernah mentingin… apa ya istilahnya, estetika memotret? (lol) yang penting gambarnya keliatan. Beres. Upload.


Selain aesthetic thingy, main di ig selama bertahun-tahun bikin gue tau kalo tracing dan referencing itu amat sangat supercalifragilisticexpialadocious dibenci sama art community di situ. Katanya, yang tracing itu ga pantes disebut artist. Pokoknya, tracing dan nyontek reference itu haram. Dosa besar.


Padahal ya, menurut pendapat gue (yang bodohnya baru gue sadari akhir-akhir ini), selama kita dapet izin dari original creator, nyantumin link original source, ga sembarang upload hasil tracing itu, dan/atau ga meng-claim gambar tersebut sebagai gambar kita, gue rasa tracing itu bukan masalah kok.


Tapi, gue yang saat itu masih polos dan nurut-nurut aja, jadi benci sama karya-karya tracing gue di tahun-tahun sebelumnya. Lebih ekstremnya, gue jadi malah benci sama mereka yang nge-trace. At this point, i'm quitting fb completely karena mayoritas temen fb gue itu suka tracing. Gue jadi berpikir kalo tukang trace itu sampah (tolong maafin gue karena pernah mikir kek gini) dan ga selevel sama 'artist ig yang ga nge-trace'. Sejak itu, gue jadi anti trace dan reference, selalu berusaha ngeluarin ide dari imajinasi sendiri. Gue belum sadar kalo tracingatau istilah kasarnyanyontek, itu bener-bener ngebantu gue dalam latihan nggambar.


Feed rapi, postingan aesthetic, sifat perfectionist, anti trace-dan-reference. 4 faktor itu ketemu, dan boom, melahirkan gue yang takut berkarya.


Kenapa takut berkarya? Jadi gini. Normalnya sebagai manusia (idk, atau cuma gue?), pasti pengen pamer. Tiap selesai berkarya (despite itu nyontek atau hasil imajinasi sendiri), pasti muncul hasrat buat nge-post. Zaman gue main di fb, ga bakal ada yang nge-judge sekalipun mereka tau karya gue hasil nyontek. Di ig, mayoritas art community-nya ga menerima orang-orang yang nyontek. Gue yang saat itu masih bego jadi mikir, "kalo hasil nyontek ga bisa di-upload, sayang dong ga ada yang liat. padahal udah capek-capek digambar." Kayaknya, berdasarkan gagasan itu, tujuan gue jadi belok. Padahal kan bisa aja nyontek diem-diem ga usah di-upload. Tapi, gue yang masih bego dan naif itu pengen selalu bisa ngupload gambar dan takut dihujat. Iya. Silakan digarisbawahi, gue takut dihujat.


Ya akhirnya skill gue stuck jalan di tempat karena gue ga pernah nyontek lagi. Sumpah ya, gue pengen banget bilang ke diri gue 5 tahun yang lalu kalo nyontek gambar orang itu sesungguhnya ga berdosa.


Walaupun orang-orang di sekitar gue selalu bilang gue ini keras kepala dan teguh sama prinsip sendiri, gue ngerasa sering banget gampang dipengaruhi orang lain. Nah, gegara ini, mulai deh gue kena pengaruh dari orang-orang yang nerusin ke art school. Like, kalo lo ga lanjut jurusan seni-senian, lo ga bakal bisa jago gambar (dan mindset gue tentang ini makin diperparah sama art community di twt yang mostly adalah anak jurusan seni).


Hari ini, ada seseorang yang nampar gue (secara non-harfiah), sebut saja Ao. Awalnya gue cuma mau liat-liat fanart One Piece doi karena kebetulan gue lagi marathon One Piece, tapi ternyata Ao malah bener-bener bikin gue sadar.


1. Dari snapgram yang Ao taroh di highlight, dia bilang kalo dia ga pernah belajar di art school, tapi liat apa yang bisa dia gambar. Anatominya perfect bikin nangis bro. Dan dia juga bilang dia bersyukur karena dia kerja di bidang yang sama sekali unrelated to art (for some reasons, i understand this point so damn well)


2. Ao ga berpikir buat 'being good' tiap kali ngegambar, tapi lebih ke watching themselves 'becoming better' (istg this hits me so fkin hard)


3. Sifat perfeksionis bikin gue selalu mikir 'each piece of art has to be completely finished and uploaded'. Pikiran naif gue yang dulu punya mindset ini: gambar yang udah diniatin buat diwarna tapi akhirnya ga diwarna ga pantes disebut sebuah karya. Dengan kata lain, gue dibebani dengan pikiran 'harus di-upload', 'harus kelar', 'harus bagus', 'harus rapi', 'harus diwarna', dan harus-harus lainnya yang sebenernya malah bikin pressure. Highlight-nya Ao yang titik-titik dan penuh sama dudelan tanpa coloring berhasil ngubah mindset gue; that even messy scribs still can be considered as a piece of art.


4. In my previous writing, I've mentioned that I have a concern about friends in art community. Tapi rasanya setelah liat Ao yang cuma follow main acc-nya dari second acc, gue jadi ngerasa lebih... apa ya, lega? Like, dia punya 2 acc, tapi dia lebih aktif di second acc dan di situ dia having fun upload gambar favorite chara dia sesuka hati tanpa peduli feed rapi atau estetika memotret (lol). Ini jadi rada ngingetin gue sama second acc gue yang literally cuma dipake buat ngidol dan upload hasil gacha, yang mana gue ga pernah peduli bahkan kalo ga ada yang liat postingan gue sama sekali. See? Emang yang paling penting itu kebahagiaan diri sendiri kan?


5. Ao berprinsip "I can't wait to draw today" instead of "I need to draw today" (setelah baca soal ini, detik itu juga gue langsung jadiin Ao sebagai panutan). Sering banget gue mikir "I need to draw" karena kebelet pengen impruv dan kemakan omongan orang-orang yang bilang lo harus nggambar tiap hari biar impruv. Man, trust me, nggambar dengan pikiran "I need to draw" itu bikin capek dan terbebani. Ga bakal bisa have fun.


Setelah 'tersentil' sama petuah(?) Ao, akhirnya gue ngambil pensil dan mulai corat-coret Ace (iya, Ace yang itu alias Portgas D. Ace) nyontek persis dari dudelannya Ao.


Man. If only y'all know how big my urge is to upload it (cri). But, nope. I'll just keep it for me, anyway. Tapi sumpah ya, gue ga bohong kalo gue bangga sama gambar itu walaupun nyontek. Kenapa bangga? Karena gue jadi dapet secercah (lol) pencerahan—in this case, gimana cara gambar abs (iya, abs. Gue ga pernah bisa ngegambar abs, serius). Berkat pencerahan ini juga gue jadi bisa ngejaga motivasi gue buat ngegambar.


Akhir kata,

I'm really looking forward to what I can create from now on! ✰

Comments


© Copyright
© Copyright
Vee
(ヴィー)

I write. I read. I paint. I rant sometimes.

Basically just pouring out my mind into words in my spare times.

© January, 2019-2021

bottom of page